Rabu, 10 Desember 2014

Menyalahkan atau disalahkan?

Assalamualaikum.

Lelah menjalani hari-hari menjadi seorang guru di era kurikulum 2013. Banyak yang harus dikerjakan, sampai-sampai terlupa memikirkan diri sendiri. Sekarang, mau menyalahkan tapi kepada siapa? Kalaupun disalahkan, siapa yang patut disalahkan?

Entah harus mencari kesalahan-kesalahan yang ada, atau berjalan saja mengikuti arus. Salah, kata menyeramkan yang setiapmorang pun rasanya tak ingin mendengarnya. Semoga ada kabar baik di esok hari.

Selamat beristirahat. Berharap bangun bangun tidur sistem pendidikan di Indonesia berubah seperti di finlandia. < dibaca mimpi.....

Wassalamualaikum.

Selasa, 09 Desember 2014

Kurikulum Ini Membuat Kami Bingung

Assakamualaikum.
Selmat malam sahabat blog semuanya.

Malam ini sedang dilanda kebingungan yang teramat dalam. Sebagai guru saya habya bisa mengikuti apa yang diperintahkan oleh pemerintah saat ini. Ketika harus mengajar dengan kurikulum baru yang metode pembelajarannya pun berbeda dari sebelumnya, ya saya hanya bisa mempelajari dan mengaplikasikannya. Namun saat ini ketika pemerintah menganjurkan mengganti dan kembali ke kurikulum lama, maka saya bingung. Mengapa bingung? Bukankah seharusnya saya senang? Pembelajaran akan menjadi lebih efektif lagi kan?

Ya, saya bingung, karena ternyata kepala sekolah saya memutuskan unuk melanjutkan pembelajaran dengan kurikulum baru. Anak murid saya sudah sering sekali bertanya, "bu,kita gak pakai kurukulum 2013 lagi kan? Besok kembali lagi seperti dulu kan bu?"
Saya hanya bisa menjawab "Tugas mu hanyalah belajar nak, biarkan kurikulum menjadi tugas pemerintah dan guru."
Mau bagaimana lagi, guru hanya bisa melaksanakan kebijakan yang sudah dibuat.

"Guru, digugu dan ditiru. Jadilah guru yang bijaksana, yang patut digugu dan ditiru."

Wassalamualaikum.

Minggu, 07 Desember 2014

Buku Parenting Anak Bandel

Assalamualaikum.
Selamat malam.

Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi cerita mengenai anak-anak murid saya. 28 siswa yang menjadi murid saya di sekolah saat ini, memiliki karakter yang variatif. Ada anak yang pendiam, periang, nakal, bahkan ada anak yang jutek sekali. Karakter yang berbeda-beda tersebut menuntut saya untuk memhami mereka dan memberikan perlakuan yang berbeda pada setiap anak sesuai dengan karakternya masing-masing. Namun, tidak setiap anak dapat menerima perlakuan saya yang berbeda-beda. Cemburu dan rasa tidak terima sering mereka utarakan atas sikap saya yang berbeda terhadap mereka.

Suatu hari ketika saya sedang belajar, ada salah satu anak saya sebut saja "A", dia menjahili temannya dan temannya tersebut membalas dengan ejekkan. Karena "A" tidak terima atas ejekkan temannya itu, dia melampiaskan kekesalannya dengan melempar temannya dengan buku dan semua benda yang berada di atas meja melayang melambung ke udara. Belum puas dengan melempar benda-benda tersebut, "A" menjatuhkan bangku dan meja. Emosi "A"nmeletup-letup, ia melakukan semua itu sambil menangis dan berteriak serta ekspresi wajah yang kesal dan marah. Sontak saya terkejut, kejadian tersebut terjadi begitu cepat, hingga saya tak bisa mencegahnya.

Ketika "A" sudah kehabisan benda yang ingin dia lempar, saya menghampiri dia dan mencoba menenangkannya sambil menanyakan kronologis kejadiannya. Namun, saya tidak bisa mendengar dengan jelas, karena ia msaih kesal. Rasa penasaran saya membuat saya bertanya pada teman-temannya. Ternyata memang "A" yang jahil. Yang saya bingung, saya baru menemukan anak yang jahil, tetapi tidak terima ketika dibalas oleh temannya, dan malah mengamuk.

Setelah kejadian tersebut saya menasehati anak-anak murid saya. Setelah beberapa hari, saya perhatikan setiap pagi raut wajahnya masam, seperti tidak semangat berangkat ke sekolah. Mengerjakan tugaspun semaunya, padahal saya sudah membujuk hingga semua peralatan sekolahnya saya siapkan di atas meja. Hal ini saya perhatikan selama beberapa hari. Setelah itu, saya sempat bertanya kepada guru yang mengajar "A" sebelumnya, guru tersebut menceritakan bahwa dia memang seperti itu, karena "A" mendapat tekanan yang cukup berat dari orang tuanya.

Setelah saya amati setiap hari, sambil mencari metode apa yang harus saya gunakan dalam mengajar dia, saya akhirnya menemukan titik terang permasalahan yang sebenarnya. Anak ini ternyata sering dimarahi oleh orang tuanya. Dan mungkin karena itu, emosinya menjadi tidak terkontrol di sekolah. Dan akhirnya saya mencoba untuk meberikan perlakuan yang lembut sekalipun dia membalas dengan diam atau bahkan marah terhadap saya. Dan ternyata memang anak ini haus akan kasih sayang dan kelembutan, karena ketika saya memperlakukannya dengan lembut walaupun ketika dia sedang melakukan kesalahan dia menjadi menurut dan lebih tenang.

Tetapi masalah baru timbul, teman-temannya yang lain cemburu terhadap perlakuan saya ke "A". Hal ini menjadi PR besar yang harus saya selesaikan.

Kemarin saya berjalan-jalan ke sebuah mall di kota Depok. Saya mampir ke sebuah toko buku dan menemukan buku tentang Parenting Anak Nakal. Belum sempat saya membacanya, karena aktifitas yang padat, dan pekerjaan yang banyak. Semoga buku ini dapat memberikan solusi untuk saya, agar saya tahu bagaimana mendidik anak-anak nakal menjadi anak-anak yang baik.

Mohon maaf, saya berbagi cerita ini tidak berniat menjelek-jelekkan siapapun. Hanya berharap siapapun yang membaca cerita saya dapat mengambil ilmu dan mungkin dapat berbagi solusi dengan saya. Terima kasih.

"Ketika kamu merasa lelah, maka kamu termasuk orang beruntung."

Wassalamualaikum.

Sabtu, 06 Desember 2014

Back To My Blog

Assalamualaikum

Lama tak mengunjungi blog kesayangan ku ini. Sebenarnya niat saya membuat blog ini untuk berbagi ilmu pengetahuan seputar dunia pendidikan, tapi apalah daya, kemalasan yang telah merasuk dan mendarah daging ini membuatku menjadi malas untuk menulis di blog.

Alhamdulillah saat ini saya telah bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah dasar swasta di kota Depok. Walaupun skripsi belum selesai, namun aku tetap berusaha untuk menjalani keduanya. Ternyata menjadi guru itu tidk semudah dan semenyenangkan yang saya bayangkan. Sulit untuk menerima kenyataan bahwa saya memiliki tanggung jawab besar terhadap orang tua murid yang menitipkan anak-anak mereka untuk saya didik hingga menjadi anak yang berhasil dan sukses di bidangnya masing-masing.

Pada kenyataannya setiap anak memiliki potensinya di bidang masing-masing. Namun, tidak semua orang tua memahami hal tersebut. Orang tua pada masa sekarang masih menuntut anak-anaknya untuk menguasai seluruh mata pelajaran dan mendapat peringkat terbaik di sekolah. Padahal, tuntutan seperti itu akan membuat anak semakin tertekan dan sulit untuk megembangkan potensi yang dia miliki. Saya merasakan bagaimana mereka takut dimarahi oleh orang tuanya karena nilai mata pelajaran di sekolah jelek atau tidak mememnuhi kriteria kesenangan orang tua. Mengapa saya sebut demikian, karena di sekolah sudah ada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) namun orang tua terkadang menuntut lebih dari itu.

Semoga kelak ketika saya telah menjadi orang tua dan memiliki anak sendiri, saya bisa mendidik anak-anak saya denga motivasi dan dorongan positif, bukan dengan tuntutan yang justru membuat mereka tertekan dan mengendurkan semangatnya untuk mengembangkan potensi, minat dan bakat yang dimilikinya,

Wassalamualaikum.